Sabtu, 28 Maret 2015

Laporan Dasar-dasar Ilmu Tanah Penentuan Kelas tekstur dan Struktur Tanah



LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA 5
PENENTUAN KELAS TEKSTUR  DAN STUKTUR  TANAH
                                                                               






Disusun Oleh
Nama  : Midayanti Nurkhasanah 
NIM    : 2011311041


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2014
I.              PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Tanah dapat ditemukan hampir dimana saja dan kiranya tanah itu selalu bersama kita.Karena itu kebanyakan orang tidak pernah berusaha menentukan apakah tanah itu,darimana asalnya dan bagaimana sifatnya.Mereka tidak memperhatikan bagaimana tanah itu di suatu tempat berbeda dengan tanah di tempat lain. Tanah juga merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting.Bila tanah disalahgunakan, tanaman menjadi kurang produktif.  Bila ditangani secara hati-hati dengan memperhatikan tabiat fisik dan biologinya, akan terus menerus menghasilkan tanaman dalam beberapa generasi yang tidak terhitung (Lal 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckman dan Brady 1992).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno 1995).
Struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel – partikel sekunder (gabungan partikel – partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat (bongkahan). struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh teksturterhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antarpartikel primer (Hanafiah  2005).
Struktur tanah memiliki peran sebagai regulator yang menyinambungkan arah pipa yang terbentuk dari berbagai ukuran pori-pori yang berinterkoneksi, stabilitas dan durabilitasnya, mengatur retensi dan pergerakan air tanah, difusi gas dari dan ke atmosfir serta berperan dalam mengontrol proferasi (pertumbuhan) akar dan perkembangannya (Lal 1979).
Dengan adanya percobaan dalam menetapkan struktur dan tekstur tanah kita dapat memahami cara membandingkan antara fraksi pasir, debu dan liat, begitu pula dengan ped yang terbentuk pada horizon-horizon yang diamati.

1.2.       Tujuan
1.      Mengetahui cara penetapan tekstur tanah di kebun percobaan dengan cara perasaan (felling) sehingga mengetahui teksturnya
2.      Mengetahui struktur tanah yang diamati di kebun percobaan.











II.           TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah 2008).
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito 1978).
Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (Pairunan 1985).
Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat lainnya.  Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis.  Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.  Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang.  Metode ini merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya.  Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan (Hakim 1986).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno 1995).
Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara, semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik tanah (Lal 1979).
       Karakteristik tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat. Suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila berkadar minimal 40% liat (Hanafiah 2008).
       Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau pasir berlempung (Nyakpa 1989). 
        Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (Nyakpa  1989).
        Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung terdiri dari tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berpasir halus. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat berpasir atau lempung liat berdebu (Hakim 1986).
         Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno 1995).
         Tanah bertekstur kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket sera tidak bisa membentuk gulungan atau lempengan continue sebaliknya jika partikel tanah terasa halus lengket dan dapat dibuat gulungan maka berarti tanah bertekstur liat. Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus dan licin tetapi tidak lengket serta gulungan yang terbentuk rapuh dan mudah hancur. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang mempunyai jenis ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih dominan adalah sifat pasir maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir dan seterusnya (Brady 1992).
            Struktur dapat berkembang dari butiran tunggal atau bentuk masif. Apabila berasal dari butir-butir tunggal, maka perkembangnya dimulai dari pengikatan partikel-partikel tanah membentuk cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped (Hanafiah 2005).
           
III.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1.       Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai tekstur dan struktur tanah ini dilaksanakan pada pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.15 tanggal 18 Maret 2014 di kebun percobaan depan gedung Babel IV.

3.2.       Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1.             Kayu untuk mencongkel tanah pada horizon
2.             Tanah sampel pada tiap lapisan tanah
3.             Kolom isian hasil pengamatan
4.             Alat tulis

3.3.        Cara kerja
Adapun cara kerja yang dapat kita lakukan yaitu:
1.             Tekstur tanah
·                Ambil segumpal kecil tanah, lalu letakkan diatas telapak tangan atau diantara jari-jari tangan, basahi tanah dengan air hingga lembab.
·                Gesek-gesekan tanah yang ada diantara jari telunjuk dan ibu jari, rasakan adanya kelengketan, kekasaran dan kelicinan yang di timbulkan tanah.
·                Perkirakan tekstur yang terbentuk, kemudian catat hasil perkiraan pada kolom isian.
2.             Struktur tanah
·                Ambil segumpal tanah, kemudian letakkan pada telapak tangan
·                Gosok-gosok dengan beberapa jari
·                Perkirakan struktur tanahnya dengan pengamatan dan feelling.


IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.       Hasil
Tabel 1.1. Penetapan tekstur dan struktur tanah yang teramati
Lapisan
Horizon
Tekstur
Struktur
1
O
Lempung berpasir
Granuler
2
A
Lempung berliat
Granuler
3
E
Liat pasir berdebu
Granuler

4.2.        Pembahasan
Tekstur tanah merupakan perbandingan antara fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah ini ditentukan oleh banyaknya pori-pori yang terbentuk pada tanah. Semakin sedikit pori mikro yang terbentuk, maka tanah akan semakin padat atau liat sehingga tanah tidak poreus dan akar tanaman pun akan semakin sulit untuk menyerap unsur hara atau berpenetrasi, selain itu pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga tidak maksimal, sehingga pada akhirnya produksi yang dihasikan oleh tanaman tersebut tidak optimal. Begitupula sebaliknya, tanah yang memiliki banyak pori-pori makroakan semakin mudah akarnya untuk berpenetrasi dan kemampuanya dalam mengikat air pun akan rendah atau poreus.
Hanafiah (2005) menyebutkan bahwa fraksi pasir memiliki ukuran 0,05 mm hingga 2,00 mm dan memiliki sifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain dan Debu memiliki ukuran 0,002 mm hingga 0,005 mm yang merupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. Sedangkan fraksi Liat  memiliki ukuran kurang dari 0,002 mm, berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar.
Pada percobaan di lapangan, metode yang digunakan dalam menetapkan tekstur tanah adalah metode rasa, awalnya tanah diambil dari horizon yang akan diamati kemudian dipecahkan perlahan dan dibasahi dengan air hingga lembab, lalu pijit diantara jempol dan telunjuk, gaser-geserkan jari telunjuk sambil merasai kekasaran, kelicinan dan kelengketan tanahnya.
Melalui perbandingan rasa antara pasir yang ditunjukkan dengan kekasaran, debu yang ditunjukkan dengan kelicinan dan liat yang ditunjukkan dengan kelengketan pada saat praktikum, maka dapat di perkirakan dan dibahas bahwa horizon O memiliki tekstur lempung berpasir (Sandy loam), yakni tanah memiliki partikel-partikel yang terasa komposisi pasir lebih banyak  atau dominan jika dibandingkan dengan komposisi lempung. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hanafiah (2005) bahwa pada kelas tekstur tanah lempung berpasir, proporsi fraksi pasir yakni 40 hingga 87,5 %, debu kurang dari 15 % dan liat kurang dari 20 %. Pada kelas tekstur ini, tanah masih di anggap berfisik baik atau berporeus sedang sehingga akar tanaman yang tumbuh diatasnya akan leluasa untuk berkembang.
Lempung berliat (Clay loam) merupakan tekstur tanah yang teridentifikasi pada penetapan tekstur tanah horizon A, dimana proporsi pasir lebih tinggi daripada proporsi debu yakni 20 hingga 45%, sedangkan proporsi debu sendiri hanya mencapai 15 hingga 52,5% lebih rendah jika dibandingkan dengan proporsi liat yang mencapai 27,5 hingga 40%. Pada tekstur tanah lempung berliat ini proporsi liat lebih dominan jika dibandingkan dengan debu dan pasir, sehingga keporeusan tanahnya pun lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat keporeusan tanah pada horizon O. Hal ini disebabkan oleh pori-pori makro pada liat lebih sedikit dari pada debu dan pasir, sehingga tingkat kepadatan tanahnya pun juga akan semakin tinggi (padat).
Horizon E pada praktikum penentuan tekstur tanah didapatkan bahwa pada horizon ini tanah bertekstur liat berpasir (Sandy-clay) yang komposisinya didominasi oleh liat, akan tetapi penetapan ini tak seperti yang di teorikan oleh Hanafiah (2005) yang juga menyebutkan bahwa pada tekktur liat berpasir, komposisi pasir lah yang paling dominan dimana pasir proporsinya mencapai 45 hingga 62,5%, dan  liat hanya berproporsi sekitar 40%, sedangkan proporsi debukurang dari 40%. Pada tekstur ini, tanah tidak poreus air sehingga akar tanaman akan sulit berpenetrasi dengan bebas sebab pori-pori makronya sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali, yang ada hanyalah pori-pori mikro yang ditunjukkan dengan tingkat kepadatan tanahnya.
            Di lapangan, struktur tanah dapat dideskripsikan menurut tipe,  kelas dan gradasi tanah. Sedangkan deskripsi dari tipe-tipe struktur tanah ini masih terbagi lagi menjadi tujuh tipe, yaitu granuler, remah, lempeng, balok bersudut, balok persegi, prisma, dan kolumnar.
            Pada praktikum, horizon O, horizon A dan horizon E memiliki struktur tanah dengan tipe granuler dengan indikator tanah yang relatif tidak poreus, kecil dan agak bulat dan bahkan tidak terikat membentuk ped (gumpalan). Sedangkan
gradasi yang merupakan indikator derajat agregasi atau perkembangan struktur yang terbentuk adalah lemah sebab ped sulit untuk dibentuk tetapi terlihat keberadaannya. Pada struktur granuler ini tanah relatif terlihat berbutir-butir atau berbentuk bulat dengan sisi yang agak kasar dengan kandungan bahan organik yang tinggi sehingga akar mudah untuk berpenetrasi dan berkembang.









V.          SIMPULAN DAN SARAN
5.1.       Kesimpulan
Tekstur tanah pada horizon O adalah lempung berpasir, dan horizon A adalah lempung berliat, sedangkan tekstur pada horizon E adalah liat berpasir. Struktur tanah pada semua horizon yang diamati (horizon O, A dan E) adalah berstruktur granuler.

5.2.       Saran
Sebaiknya pada penetapan tekstur dan struktur tanah ini tidak hanya dilakukan dengan metode feeling atau perkiraan dilapangan atau di kebun percobaan saja, akan tetapi juga dilakukan pengujian di laboratorium untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan hasil penetapan yang akurat.












DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Nurjati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasarIlmu Tanah. Jakarta : Raja GrafindoPersada.
Hardjowigeno.Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta : MediyatamaSarana Perkasa.
Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.
Tim Dosen Agroteknologi . 2013. Panduan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bangka : Universitas Bangka Belitung.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar