LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA 5
PENENTUAN KELAS TEKSTUR DAN STUKTUR
TANAH
Disusun
Oleh
Nama : Midayanti Nurkhasanah
NIM : 2011311041
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Tanah dapat ditemukan hampir dimana
saja dan kiranya tanah itu selalu bersama kita.Karena itu kebanyakan orang
tidak pernah berusaha menentukan apakah tanah itu,darimana asalnya dan
bagaimana sifatnya.Mereka tidak memperhatikan bagaimana tanah itu di suatu
tempat berbeda dengan tanah di tempat lain. Tanah juga merupakan komponen hidup
dari lingkungan yang penting.Bila tanah disalahgunakan, tanaman menjadi kurang
produktif. Bila ditangani secara hati-hati dengan memperhatikan tabiat
fisik dan biologinya, akan terus menerus menghasilkan tanaman dalam beberapa
generasi yang tidak terhitung (Lal 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir yang
berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus
yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk
tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu,
liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset
bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok
tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung (Buckman dan Brady 1992).
Kasar dan halusnya tanah dalam
klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang
merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula
fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar
butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir,
berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat
sangat halus (Hardjowigeno 1995).
Struktur
merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir,
debu dan liat individual) hingga partikel – partikel sekunder (gabungan
partikel – partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat
(bongkahan). struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh teksturterhadap
kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar ped atau agregat tanah
akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antarpartikel primer
(Hanafiah 2005).
Struktur tanah
memiliki peran sebagai regulator yang menyinambungkan arah pipa yang terbentuk
dari berbagai ukuran pori-pori yang berinterkoneksi, stabilitas dan
durabilitasnya, mengatur retensi dan pergerakan air tanah, difusi gas dari dan
ke atmosfir serta berperan dalam mengontrol proferasi (pertumbuhan) akar dan
perkembangannya (Lal 1979).
Dengan adanya
percobaan dalam menetapkan struktur dan tekstur tanah kita dapat memahami cara
membandingkan antara fraksi pasir, debu dan liat, begitu pula dengan ped yang
terbentuk pada horizon-horizon yang diamati.
1.2.
Tujuan
1. Mengetahui
cara penetapan tekstur tanah di kebun percobaan dengan cara perasaan (felling)
sehingga mengetahui teksturnya
2. Mengetahui
struktur tanah yang diamati di kebun percobaan.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tekstur tanah menunjukkan komposisi
partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi
(%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah 2008).
Tekstur merupakan sifat
kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan
banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama
perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke
bawah (Notohadiprawito 1978).
Pembagian kelas tektur yang banyak
dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur
melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian
pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan
dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (Pairunan 1985).
Tekstur tanah dapat menentukan
ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah. Partikel-partikel tanah dapat
dibagi atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa
melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat lainnya. Analisis
laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis. Sebelum
analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan lebih
dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm. Sementara itu sisa
tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini merupakan metode
hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya. Tekstur
tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan (Hakim 1986).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12
kelas seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah USDA yang
meliputi pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat
berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat
berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir
pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas
tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur
(Hardjowigeno 1995).
Sifat-sifat fisik tanah banyak
bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai penggunaan. Kekuatan dan
daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, penetrasi, akar tanaman,
tata udara, dan pengikatan unsur hara, semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat
fisik tanah (Lal 1979).
Karakteristik
tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat. Suatu
tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir, bertekstur
debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila berkadar
minimal 40% liat (Hanafiah 2008).
Berdasarkan kelas
teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah bertekstur kasar atau
tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau pasir berlempung
(Nyakpa 1989).
Tanah
bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5%
liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (Nyakpa 1989).
Tanah
bertekstur sedang atau tanah berlempung terdiri dari tanah bertekstur sedang
tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau lempung
berpasir halus. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung
berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu. Tanah bertekstur
sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat berpasir atau
lempung liat berdebu (Hakim 1986).
Dalam
penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan yaitu metode
feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan
telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan
metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada
perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi
bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan
akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik
(Hardjowigeno 1995).
Tanah
bertekstur kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket sera tidak bisa
membentuk gulungan atau lempengan continue sebaliknya jika partikel tanah
terasa halus lengket dan dapat dibuat gulungan maka berarti tanah bertekstur
liat. Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak
halus dan licin tetapi tidak lengket serta gulungan yang terbentuk rapuh dan
mudah hancur. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang
mempunyai jenis ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih
dominan adalah sifat pasir maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir dan
seterusnya (Brady 1992).
Struktur dapat berkembang dari
butiran tunggal atau bentuk masif. Apabila berasal dari butir-butir tunggal,
maka perkembangnya dimulai dari pengikatan partikel-partikel tanah membentuk
cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped (Hanafiah 2005).
III.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
mengenai tekstur dan struktur tanah ini dilaksanakan pada pukul 10.00 sampai
dengan pukul 11.15 tanggal 18 Maret 2014 di kebun percobaan depan gedung Babel
IV.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum yaitu :
1.
Kayu untuk mencongkel tanah pada horizon
2.
Tanah sampel pada tiap lapisan tanah
3.
Kolom isian hasil pengamatan
4.
Alat tulis
3.3. Cara kerja
Adapun cara
kerja yang dapat kita lakukan yaitu:
1.
Tekstur tanah
·
Ambil segumpal kecil tanah, lalu
letakkan diatas telapak tangan atau diantara jari-jari tangan, basahi tanah
dengan air hingga lembab.
·
Gesek-gesekan tanah yang ada diantara
jari telunjuk dan ibu jari, rasakan adanya kelengketan, kekasaran dan kelicinan
yang di timbulkan tanah.
·
Perkirakan tekstur yang terbentuk,
kemudian catat hasil perkiraan pada kolom isian.
2.
Struktur tanah
·
Ambil segumpal tanah, kemudian letakkan
pada telapak tangan
·
Gosok-gosok dengan beberapa jari
·
Perkirakan struktur tanahnya dengan pengamatan
dan feelling.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel
1.1. Penetapan tekstur dan struktur tanah yang teramati
Lapisan
|
Horizon
|
Tekstur
|
Struktur
|
1
|
O
|
Lempung
berpasir
|
Granuler
|
2
|
A
|
Lempung
berliat
|
Granuler
|
3
|
E
|
Liat pasir
berdebu
|
Granuler
|
4.2. Pembahasan
Tekstur tanah merupakan perbandingan antara fraksi
pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah ini ditentukan oleh banyaknya pori-pori
yang terbentuk pada tanah. Semakin sedikit pori mikro yang terbentuk, maka
tanah akan semakin padat atau liat sehingga tanah tidak poreus dan akar tanaman
pun akan semakin sulit untuk menyerap unsur hara atau berpenetrasi, selain itu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga tidak maksimal, sehingga pada
akhirnya produksi yang dihasikan oleh tanaman tersebut tidak optimal.
Begitupula sebaliknya, tanah yang memiliki banyak pori-pori makroakan semakin
mudah akarnya untuk berpenetrasi dan kemampuanya dalam mengikat air pun akan
rendah atau poreus.
Hanafiah
(2005) menyebutkan bahwa fraksi pasir memiliki ukuran 0,05 mm hingga 2,00 mm
dan memiliki sifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah,
ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat,
sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini
berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain dan Debu memiliki ukuran 0,002
mm hingga 0,005 mm yang merupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi
mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat
plastis dan kohesi yang cukup baik. Sedangkan fraksi Liat memiliki ukuran kurang dari 0,002 mm, berbentuk
lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan
sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar.
Pada percobaan di lapangan, metode yang digunakan
dalam menetapkan tekstur tanah adalah metode rasa, awalnya tanah diambil dari
horizon yang akan diamati kemudian dipecahkan perlahan dan dibasahi dengan air
hingga lembab, lalu pijit diantara jempol dan telunjuk, gaser-geserkan jari
telunjuk sambil merasai kekasaran, kelicinan dan kelengketan tanahnya.
Melalui perbandingan rasa antara pasir yang
ditunjukkan dengan kekasaran, debu yang ditunjukkan dengan kelicinan dan liat
yang ditunjukkan dengan kelengketan pada saat praktikum, maka dapat di perkirakan
dan dibahas bahwa horizon O memiliki tekstur lempung berpasir (Sandy loam),
yakni tanah memiliki partikel-partikel yang terasa komposisi pasir lebih
banyak atau dominan jika dibandingkan
dengan komposisi lempung. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hanafiah (2005)
bahwa pada kelas tekstur tanah lempung berpasir, proporsi fraksi pasir yakni 40
hingga 87,5 %, debu kurang dari 15 % dan liat kurang dari 20 %. Pada kelas
tekstur ini, tanah masih di anggap berfisik baik atau berporeus sedang sehingga
akar tanaman yang tumbuh diatasnya akan leluasa untuk berkembang.
Lempung
berliat (Clay loam) merupakan tekstur tanah yang teridentifikasi pada penetapan
tekstur tanah horizon A, dimana proporsi pasir lebih tinggi daripada proporsi
debu yakni 20 hingga 45%, sedangkan proporsi debu sendiri hanya mencapai 15
hingga 52,5% lebih rendah jika dibandingkan dengan proporsi liat yang mencapai
27,5 hingga 40%. Pada tekstur tanah lempung berliat ini proporsi liat lebih
dominan jika dibandingkan dengan debu dan pasir, sehingga keporeusan tanahnya
pun lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat keporeusan tanah pada horizon
O. Hal ini disebabkan oleh pori-pori makro pada liat lebih sedikit dari pada
debu dan pasir, sehingga tingkat kepadatan tanahnya pun juga akan semakin tinggi
(padat).
Horizon
E pada praktikum penentuan tekstur tanah didapatkan bahwa pada horizon ini
tanah bertekstur liat berpasir (Sandy-clay) yang komposisinya didominasi oleh
liat, akan tetapi penetapan ini tak seperti yang di teorikan oleh Hanafiah (2005)
yang juga menyebutkan bahwa pada tekktur liat berpasir, komposisi pasir lah
yang paling dominan dimana pasir proporsinya mencapai 45 hingga 62,5%, dan liat hanya berproporsi sekitar 40%, sedangkan
proporsi debukurang dari 40%. Pada tekstur ini, tanah tidak poreus air sehingga
akar tanaman akan sulit berpenetrasi dengan bebas sebab pori-pori makronya
sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali, yang ada hanyalah pori-pori mikro
yang ditunjukkan dengan tingkat kepadatan tanahnya.
Di lapangan, struktur tanah dapat dideskripsikan menurut
tipe, kelas dan gradasi tanah. Sedangkan
deskripsi dari tipe-tipe struktur tanah ini masih terbagi lagi menjadi tujuh
tipe, yaitu granuler, remah, lempeng, balok bersudut, balok persegi, prisma,
dan kolumnar.
Pada praktikum, horizon O, horizon A dan horizon E
memiliki struktur tanah dengan tipe granuler dengan indikator tanah yang
relatif tidak poreus, kecil dan agak bulat dan bahkan tidak terikat membentuk
ped (gumpalan). Sedangkan
gradasi yang merupakan
indikator derajat agregasi atau perkembangan struktur yang terbentuk adalah
lemah sebab ped sulit untuk dibentuk tetapi terlihat keberadaannya. Pada
struktur granuler ini tanah relatif terlihat berbutir-butir atau berbentuk
bulat dengan sisi yang agak kasar dengan kandungan bahan organik yang tinggi
sehingga akar mudah untuk berpenetrasi dan berkembang.
V.
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Tekstur tanah
pada horizon O adalah lempung berpasir, dan horizon A adalah lempung berliat,
sedangkan tekstur pada horizon E adalah liat berpasir. Struktur tanah pada
semua horizon yang diamati (horizon O, A dan E) adalah berstruktur granuler.
5.2.
Saran
Sebaiknya pada
penetapan tekstur dan struktur tanah ini tidak hanya dilakukan dengan metode feeling
atau perkiraan dilapangan atau di kebun percobaan saja, akan tetapi juga
dilakukan pengujian di laboratorium untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
baik dan hasil penetapan yang akurat.
Hakim, Nurjati. 1986. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah,
Kemas Ali. 2005. Dasar-dasarIlmu Tanah.
Jakarta : Raja GrafindoPersada.
Hardjowigeno.Sarwono.
1987. Ilmu Tanah. Jakarta : MediyatamaSarana
Perkasa.
Poerwowidodo.
1991. Ganesha Tanah. Jakarta : Rajawali
Pers.
Tim Dosen Agroteknologi . 2013. Panduan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bangka : Universitas
Bangka Belitung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar